Islam adalah satu-satunya agama yang mempunyai geneologi keilmuan yang tak terbantahkan. Fakta mengenai keilmuan hingga kini masih terus dijaga dan dipelihara melalui tradisinya yang disebut dengan Kesadaran Ilmiah (Self consciousness). Dari proses kesadaran Ilmiah akan memunculkan sederet peneliti yang berkutat khusus dalam kajian keilmuan, kajian keilmuan inilah yang kemudian menjadi wadah ilmu yang disebut dengan ‘Komunitas Ilmiah’ atau dalam bahasa Islam disebut dengan ‘Ulama’ yaitu pioneer dan pelopor lahirnya peradaban keilmuan dalam Islam. [Hal, 3]
Sumber keilmuan dalam Islam berasal dari Qur’an dan Hadist yang keduanya merupakan unsur vertikal yang disandarkan kepada wahyu. Kedua sumber ini dikaji dan diteliti dalam kurun waktu yang panjang dengan tidak membiarkan sanad dari ilmu tersebut terputus. Dengan demikian, bisa dibayangkan proses keilmuan dalam tradisi Islam bukan semata-mata muncul dan lahir begitu saja, butuh waktu bertahun-tahun hingga berabad-abad dengan melalui proses penelitian keilmuan yang panjang.
Melihat pada tradisi keilmuan inilah ilmu lahir melalui serangkaian proses yang diidentifikasi sebagai Proses Ilmiah (scientific process). Proses ilmiah ini kemudian dibagi kedalam tiga tahap; pertama, tahapan masalah, yaitu ketika kajian terhadap masalah dilakukan secara terpisah-pisah dan sendiri-sendiri dalam kurun waktu tertentu. Kedua, tahapan disipliner yaitu, ketika suatu tradisi lahir sebagai hasil dari kesepakatan umum (konvensional) di antara para ilmuwan. Pada tahapan inilah metode dan masalah ditentukan. Ketiga, tahapan penamaan kegiatan tersebut. Yaitu penamaan bidang keilmuan yang sesuai dengan permasalahan dari kajian pertama dan kedua. [Hal, 4].
Sumber keilmuan dalam Islam berasal dari Qur’an dan Hadist yang keduanya merupakan unsur vertikal yang disandarkan kepada wahyu. Kedua sumber ini dikaji dan diteliti dalam kurun waktu yang panjang dengan tidak membiarkan sanad dari ilmu tersebut terputus. Dengan demikian, bisa dibayangkan proses keilmuan dalam tradisi Islam bukan semata-mata muncul dan lahir begitu saja, butuh waktu bertahun-tahun hingga berabad-abad dengan melalui proses penelitian keilmuan yang panjang.
Melihat pada tradisi keilmuan inilah ilmu lahir melalui serangkaian proses yang diidentifikasi sebagai Proses Ilmiah (scientific process). Proses ilmiah ini kemudian dibagi kedalam tiga tahap; pertama, tahapan masalah, yaitu ketika kajian terhadap masalah dilakukan secara terpisah-pisah dan sendiri-sendiri dalam kurun waktu tertentu. Kedua, tahapan disipliner yaitu, ketika suatu tradisi lahir sebagai hasil dari kesepakatan umum (konvensional) di antara para ilmuwan. Pada tahapan inilah metode dan masalah ditentukan. Ketiga, tahapan penamaan kegiatan tersebut. Yaitu penamaan bidang keilmuan yang sesuai dengan permasalahan dari kajian pertama dan kedua. [Hal, 4].
Tradisi keilmuan yang dibahas dalam buku ini menempatkan Islamic worldview (pandangan dunia Islam) sebagai sumber yang berasal dari wahyu yang kemudian menopang tradisi keilmuan dan berkembangnya ilmu-ilmu dalam Islam. Worldview-lah yang kemudian membawa kepada perkembangan dan kemanjuan ilmiah sejak abad pertama Islam.
Setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, beliau mulai membangun institusi-institusi khusus yang kemudian menjadi model pendidikan dalam Islam pada masa-masa berikutnya. Madrasah masjid dikenal sebagai Ashâb al-Suffah atau Ahl al-Suffah (orang-orang pencari ilmu), institusi atau madrasah ini didirikan sendiri oleh Rasulullah yang berlokasi di Madinah. Suffah sendiri pada awalnya dibangun sebagai tempat tinggal para pendatang baru atau khusus untuk penduduk setempat yang terlihat miskin. Dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama ikon al-Suffah tersebut menjadi ciri sebuah sekolah yang berpondok yang mana membaca, menulis, belajar hukum i-Islam, hafalan Qur’an, ilmu tajwid dan ilmu Islam lainnya diajarkan langsung dan diawasi oleh Rasulullah. [hal, 9].
Lebih lanjut penulis buku Alparsalan, menulis penjelasannya mengenai jumlah masjid yang terdapat di Madinah yang beralih fungsi menjadi sekolah atau madrasah pada jaman Rasulullah. Alparslan menukil sebuah keterangan dari Sunnah Abu Dawud yang mengatakan;
“Di antara hamba-hambanya, hanya para ilmuwan (ulama) yang paling takut kepada-Nya. [al-Fatir, (35): 28]. Dalam ayat lain “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu, dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat” [al-Mujadalah, (58):11]. Kemudian dalam surat az-Zumar “adakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui? Hanya orang-orang berakallah yang dapat menerima pelajaran. [az-Zumar, (39): 9]. Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang berkaitan dengan ‘ilm. [Hal, 10].
Pada akhir pembahasan, buku ini penting dikaji dalam penelusuran geneologi keilmuan dalam tradisi Islam. Alparsalan Acikgence juga menekankan tantang tradisi ilmiah bagi lahirnya tradisi keilmuan untuk kemanjuan peradaban Islam. Oleh karenanya, aktivitas keilmuan serta komunitas ilmiah penting digalakkan sebagi wadah ‘ilm dan warisan kepada generasi Islam yang mulai menggeliat kemunculannya dalam dekade terakhir ini.
Judul Buku : Lahirnya Tradisi Keilmuan dalam Islam
Penulis : Alparslan Acikgence
Penerbit : INSISTS
Cetakan : I, 2019
Tebal : vi + 28 halaman
Resensi: Fadhil Sofian Hadi. Pemilik Blog Hadi Islamic Worldview
Setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, beliau mulai membangun institusi-institusi khusus yang kemudian menjadi model pendidikan dalam Islam pada masa-masa berikutnya. Madrasah masjid dikenal sebagai Ashâb al-Suffah atau Ahl al-Suffah (orang-orang pencari ilmu), institusi atau madrasah ini didirikan sendiri oleh Rasulullah yang berlokasi di Madinah. Suffah sendiri pada awalnya dibangun sebagai tempat tinggal para pendatang baru atau khusus untuk penduduk setempat yang terlihat miskin. Dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama ikon al-Suffah tersebut menjadi ciri sebuah sekolah yang berpondok yang mana membaca, menulis, belajar hukum i-Islam, hafalan Qur’an, ilmu tajwid dan ilmu Islam lainnya diajarkan langsung dan diawasi oleh Rasulullah. [hal, 9].
Lebih lanjut penulis buku Alparsalan, menulis penjelasannya mengenai jumlah masjid yang terdapat di Madinah yang beralih fungsi menjadi sekolah atau madrasah pada jaman Rasulullah. Alparslan menukil sebuah keterangan dari Sunnah Abu Dawud yang mengatakan;
“Masyarakat yang tinggal di daerah sekitar mengirim anak-anak mereka ke masjid-masjid lokal tersebut. Masjid Quba tidak jauh dari Madinah, Rasulullah sering pergi ke sana dan secara langsung mengawasi sekolah tersebut. Beliau juga memerintahkan masyarakat untuk belajar dari para tetangga mereka”Hal yang terpenting dari semua unsur dari keilmuan menurut Alparsalan adalah aspek Islamic worldview yang menjadi pondasi primordial bagi terbentuknya framework berfikir dalam menunjang perkembangan dan kemajuan peradaban keilmuan Islam. Konsep ‘ilm harus diperkenalkan sebagai elemen yang paling fundamental. Penulis buku ini mencoba mengaitkan masalah 'ilm dengan beberapa kutipan dari ayat al-Qur’an.
“Di antara hamba-hambanya, hanya para ilmuwan (ulama) yang paling takut kepada-Nya. [al-Fatir, (35): 28]. Dalam ayat lain “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu, dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat” [al-Mujadalah, (58):11]. Kemudian dalam surat az-Zumar “adakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui? Hanya orang-orang berakallah yang dapat menerima pelajaran. [az-Zumar, (39): 9]. Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang berkaitan dengan ‘ilm. [Hal, 10].
Pada akhir pembahasan, buku ini penting dikaji dalam penelusuran geneologi keilmuan dalam tradisi Islam. Alparsalan Acikgence juga menekankan tantang tradisi ilmiah bagi lahirnya tradisi keilmuan untuk kemanjuan peradaban Islam. Oleh karenanya, aktivitas keilmuan serta komunitas ilmiah penting digalakkan sebagi wadah ‘ilm dan warisan kepada generasi Islam yang mulai menggeliat kemunculannya dalam dekade terakhir ini.
Judul Buku : Lahirnya Tradisi Keilmuan dalam Islam
Penulis : Alparslan Acikgence
Penerbit : INSISTS
Cetakan : I, 2019
Tebal : vi + 28 halaman
Resensi: Fadhil Sofian Hadi. Pemilik Blog Hadi Islamic Worldview
Post a Comment
Post a Comment