Anakku, perhatikan apa yang engkau pikirkan karena itu akan menjadi kata-katamu. Perhatikan apa yang engkau ucapkan karena itu akan menjadi tindakanmu. Perhatikan apa yang engkau lakukan karena itu akan menjadi kebiasaanmu. Perhatikan apa yang engkau biasakan karena itu akan menjadi akhlakmu. Perhatikan akhlakmu karena demikian takdirmu.
Awalnya apa yang engkau baca, tonton, dengar, rasa, lama-lama menjadi akhlakmu. Apa yang sering terlintas dalam pikiranmu, lama-lama akan menjadi akhlak baik atau buruk bagimu. Ibnul Qayyim berkata, " Hati-hati dengan lintasan-lintasan pikiran," sebab ia akan membentuk akhlak.
Setiap hari, puluhan bahkan ratusan lintasan pikiran lewat di kepalamu. Misalnya, engkau melihat ibumu membaca Al-Qur'an, ayahmu membaca buku, di luar rumah engkau melihat dua orang saling bertengkar, di kereta engkau melihat pencurian tas, dan peristiwa lain.
Dari banyak lintasan pikiran itu, ada yang lepas dan apa pula yang singgah di ingatanmu. Yang singgah itu lama-lama menjadi kemauanmu, kemauan yang menguat lama-lama jadi kebiasaanmu, kebiasaan yang diulang-ulang lama-lama jadi akhlak atau karaktermu.
Kalau setiap hari, lintasan-lintasan pikiran itu baik, akhlakmu akan menjadi baik. Jika lintasan pikiran itu buruk, akhlakmu menjadi buruk pula. Semoga engkau mengerti apa yang ayah maksud.
Dari sini engkau mengerti, mengapa sejak kecil ayah pilihkan buku yang engkau baca, acara yang engkau tonton, siapa teman bergaulmu, karena itu akan ikut membentuk perilakumu. Jika sudah menjadi perilaku maka ia sulit untuk diubah.
Jika terbiasa dari kecil makan pakai tangan kanan, membaca basmalah, biasa ke masjid, belajar bicara dan diam, lama-lama kebiasaan baik itu akan menjadi akhlakmu yang menentukan takdirmu.
Nabi contohkan kebiasaan baik kepada bocah Umar Bin Abi Salamah, "Wahai bocah, jangan lupa baca bismillah, makan pakai tangan kanan dan ambil yang terdekat." (Al-Bukhari dalam Kitab Riyadhu ash-Shalihin, Imam an-Nawawi)
Umar Bin Abi Salamah berkata setelah itu, "Kebiasaan baik yang diajarkan Nabi, selalu akau amalkan sampai aku dewasa."
Mengapa ia bisa seperti itu, karena ia sudah terbiasa sejak kecil. Karena itu, biasakan dirimu dengan hal-hal baik, karena lama-lama ia akan menjadi karaktermu dan nasibmu.
Disadur dari buku "Sebelum Ayah Tiada" karya Muhammad Yasir, Lc.
Post a Comment
Post a Comment