SEdXx5lkiVZf4jiMtlFWfVgHxR2UbYmUAP1TopcR

Tadabbur al-Qur’an Surat Yusuf Ayat 76

cara-tadabbur-quran
Goresan sederhana ini dirampungkan setelah penulis menyelesaikan ngaji, tadabbur tafsir surat Yusuf ayat 76. Penulis merasa terkagum selepas membaca terjemahan akhir dari ayat ini. Bagi penulis, akhir penggalan ayat ini memberikan teguran keras kepada siapapun yang merasa sudah berilmu dan berpengetahuan luas tentang sesuatu. Jangan sombong. Karena, masih ada yang lebih mengetahui dari dirinya.

Bunyi penggalan ayat tersebut adalah;

“Dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang Maha mengetahui.” (Q.S. Yusuf; 12:76)

Membaca tafsir dari surat Yusuf, dimulai dari awal, pertengahan, hingga akhir ayat memberikan kesan bahwa kisah nabi Yusuf yang telah diabadikan dalam al-Qur’an merupakan kisah terbaik dalam sejarah manusia yang pernah ada. Banyak sekali hikmah dan pelajaran yang patut direnungkan. Kesabaran, tawakkal, keberanian, kejujuran, tipu muslihat, kesombongan dan sebagainya. Semua terangkum dan terekam apik dari awal hingga akhir surat Yusuf. Termasuk penggalan akhir ayat 76, yang akan kita coba selami.

Merasa Lebih Hebat

Pernahkah kita merasa diri kita begitu pintar? Atau, pernah merasa kitalah yang paling tahu mengenai suatu hal? Atau, mungkin pernah berfikir kitalah yang paling hebat daripada orang lain? Silakan kita jawab dengan jujur. Tidak usah malu mengakui. Jawablah dengan perasaan yang terngiang saat ini dalam hati kita.

Sembari, mengurai jawaban dari pertanyaan sederhana ini, sejenak mari kita secara lapang dan jujur pada diri kita sendiri. Secara tulus kita harus mengakui, bahwa perasaan lebih hebat dari orang lain, pasti pernah singgah dalam diri dan perasaan kita. Karena, begitulah watak dasar manusia, selalu ingin dipandang berilmu, hebat, pintar oleh siapapun. Selalu ingin dianggap paling jago, dalam hal apapun itu.

Pada dasarnya, tidak ada yang melarang orang merasa dirinya hebat atau merasa lebih mengetahui sesuatu dari orang lain. Wajar-wajar saja. Siapapun kita, tidak ingin terlihat ‘bodoh’ baik depan umum atau depan siapapun. Pastinya, dia ingin diapresiasi, dipuji dan disanjung. Terlepas sanjungan itu sebagai motivasi diri untuk lebih baik atau sebaliknya, hanya sekedar ‘pamer’ kecerdasan. Pamer hebat. Akhirnya, ‘sok’ cari muka dan merendahkan orang lain.

Jika sudah merasa hebat atau merasa pintar, dengan menyepelekan orang lain, atau merendahkannya maka sejatinya orang yang berfikir jago tadi, tidak jauh berbeda dengan sikap dan tingkah saudara-saudara nabi Yusuf. Tindakan yang dilakukan terhadap nabi Yusuf oleh saudaranya, ketika melemparkannya ke dalam sumur, merupakan tindakan merendahkan dan sok jago dengan apa yang mereka lakukan. Tindakan mereka terhadap nabi Yusuf sebagai bentuk kesombongan. Mereka berfikir merekalah yang terbaik daripada nabi Yusuf. Dan, mereka mengira perkara ‘zalim’ yang mereka lakukan tidak ada seorangpun yang mengetahui.

Padahal mereka lupa, bahwa Allah menyaksikan segala perbuatan mereka. Allah tahu kesombongan mereka terhadap saudara mereka nabi Yusuf. Allah menyaksikan perbuatan dan niat jahat mereka merendahkan orang lain, apalagi orang lain itu adalah saudara mereka sendiri. Mereka lupa, ada Allah yang Maha mengetahui perbuatan dan niat buruk mereka terhadap saudaranya itu.

Di atas Langit Masih ada Langit

Dalam ceramah yang disampaikan, pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor K.H. Hasan Abdullah Sahal selalu mengutip ayat ini untuk memberikan penekanan kepada santri-santrinya agar jangan sombong dalam hidup. Jangan sombong dengan kepintaran. Jangan sombong dengan ilmu. Jangan sombong dengan apa yang dimiliki. Karena di atas langit masih ada langit. Di bawah hanya tanah di langit hanya Allah.

“Dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu adalagi yang Maha mengetahui.”
Begitulah pesan beliau.

Beliau tidak ingin santri-santrinya merasa sok pintar, merasa sok berilmu. Sombong dengan kecerdasannya. Padahal tidak ada yang perlu disombongkan dan dibanggakan. Manusia pintar banyak. Manusia cerdas banyak. Manusia berilmu banyak. Tapi kepintaran, kecerdasan dan ilmu mereka hanya untuk disombongkan dan pamer di depan orang lain akan sangat sia-sia. Tong kosong. Tak ada isi.

Mereka lupa masih ada Allah yang Maha cerdas, Maha jenius dan Maha mengetahui atas segalanya. Jadi apalah yang mesti disombongkan.

Semoga petikan al-Qur’an dari ayat terakhir surat Yusuf ayat 76 tadi, mampu menjadi teguran dan peringatan berharga bagi kita dalam kehidupan. Khususnya kehidupan bersosial dan individual. Jangan pernah meremehkan atau merendahkan orang lain. Membuang segala bentuk kesombongan dalam hati kita karena yang berhak sombong hanya Allah SWT.

Mari kita sama-sama membaca dan mentadabburi Al-Qur’an melanjutkan tadabbur ini sama-sama.

Wallahu’alambis showab.

Penulis: Fadhil Sofian Hadi
Related Posts
SHARE

Related Posts

Langganan Artikel Terbaru

4 comments

  1. orang sombong itu bagaikan katak dalam tempurung. ia selalu merasa paling hebat, paling pandai, paling kaya, dll. ia tidak menyadari jika dunianya sungguh sangat kecil dan dunia di luar tempurungnya sungguh sangatlah luas.

    kesombongan yang ditampilkan sesungguhnya cermin dari kekerdilan.
    sodikin.id

    ReplyDelete
    Replies
    1. Orang sombong seolah-olah dia yang paling segalanya dari semua orang. Padahal tidak ada yang dapat disombongkan pada diri kita ini. Krn masih ada langit di atas langit.

      Delete
  2. Semoga kita terhindar dari sifat sombong, Aamiin...!

    ReplyDelete

Post a Comment

x

Berlangganan

Dapatkan pemberitahuan melalui email setiap ada artikel baru.