SEdXx5lkiVZf4jiMtlFWfVgHxR2UbYmUAP1TopcR

Lelaki dan sang Nenek

Sang Nenek dan Lelaki
Konon, banyak yang panasaran dengan kapal laut ini. Tidak tahu alasan mereka apa. Mungkin karena brosur on-line-nya bagus? Mungkin juga karena kabar dari bekas penumpang terlalu lebay. Atau, tersebab harga tiketnya yang absurd bila dibanding tiket pesawat saat ini. Entahlah,, silakan luangkan waktu anda untuk sekedar membaca sambil berbagi kisah.

Lelaki dengan topi putih duduk menyamping di sebelah ku. Sambil menyulut rokok U-Mild yang baru saja dibeli dari pengasong lalu-lalang. Khidmat sekali ia menarik asap rokoknya. Asap mengepul keluar-masuk hidung tertelan hingga tenggorokan dan keluar lagi dari dua lubang hidungnya. Berkali-kali dia praktekkan. Terasa seperti masalah di dunia ini larut dalam sebatang rokok yang tiba-tiba saja tinggal puntungnya dilucut dalam asbak besi.
Baca Juga: 8 Kata yang Tak terucap
Tetapi, yang unik dalam amatanku, bukan lelaki dengan topi putih yang duduk menyamping itu, melainkan seorang nenek dengan kerudung cokelat bunga-bunga kecil. Nenek itu duduk tepat di depan lelaki topi putih tadi. Selang beberapa saat sang Nenek itu meraih kantongnya, nampak sebungkus rokok gudang garam filter diraihnya. Tanpa basa-basi, sang Nenek langsung saja menyulut rokok filternya sembari menyeruput kopi yang baru saja si pesan di kantin kapal.

Aku terus saja mengamati nenek dan lelaki bertopi putih itu. Dalam sekejap, mereka langsung asik bercengkrama bersama asap yang sesekali menyapu wajah mereka. Sempat aku tergoda, namun urung. Sesaat kemudian, nampak lelaki hitam pandek mendekatiku lalu duduk tanpa permisi sambil basa-basi "Maaf mas, saya ngerokok ya" serunya.

Aku senyum saja, godaan kedua baru saja menghampiriku. Apalagi rokok yang disulut lelaki hitam pendek itu.

Marlboro merah. Ahhh.. Sedapnyee, meminjam kata upin-ipin

Masih banyak cerita di kapal ini, pengasong yang jatuh kacang rebusnya, pengamen udik yang nyanyikan lagu Peterpan, keluarga dan anaknya bercengkrama mesra, suara tukar-cerita dua lelaki yang baru saja bertemu, termasuk anak remaja yang sibuk dengan jarinya di layar HP.

Kapal masih bergerak menerjang gelombang. Sudah dua jam kapal meninggalkan tanjung. Nampak penumpang mulai kalah oleh lelah. Mereka beringsut mencari posisi nyaman melepas penat. Tak terkecuali sang nenek dan lelaki dengan topi putih mereka telah hilang dari tempat duduknya semula. Mungkinkah mereka pergi melepas penat, atau kembali mencari tempat menyulut rokok dan kembali bercengkrama? Aku tak peduli.

Angin teduh, ombaknya timbul-tenggelam. Mercusuar mulai hilang dari ujung penglihatan. Awan cerah, walau kabut masih enggan hengkang. Matahari hangat menyinari. "Semoga lekas sampai" aku terka Matahari berbisik lewat sinarnya. Masih campur aduk rasa ini. Ohh.. indahnya.

Penulis: FADHIL SOFIAN HADI
Related Posts
SHARE

Related Posts

Langganan Artikel Terbaru

Post a Comment

x

Berlangganan

Dapatkan pemberitahuan melalui email setiap ada artikel baru.