Siapa yang tidak kenal dengan Tiger Woods, sang juara dunia olah raga golf. Setiap dia memenangkan pertandingan, maka pundi-pundi uang diterima berjumlah jutaan bahkan milyaran dolar. Namun, tahukah kita dibalik kesuksesan sang raja golf ini, ternyata dia melakukan latihan memukul bola golf sebanyak seribu kali dalam sehari. Fantastis! Seribu kali dalam sehari, dapat dibayangkan betapa tekun dan semangat dia melakukanya.
Bagi sebagian orang, mungkin hal itu tidak masuk akal. Tetapi ini adalah kenyataan yang dilakukan oleh seorang Tiger Woods, hingga dia mampu menjadi juara dunia berkali-kali pada cabang olahraga yang digelutinya. Ketekunan dan latihan yang terus menerus merupakan dua kunci sukses sang raja golf ini.
Semangat Tiger Woods atau inspirasi yang datang dari seorang pemenang dalam kejuaraan apapun, perlu digugu dan ditiru. Perlu ditumbuhkan dan dipupuk baik-baik agar tidak lawas, lantas lenyap begitu saja. Yang perlu dicatat adalah, hal apapun yang di kerjakan, tidak akan membuahkan hasil tanpa usaha yang optimal. Tak akan ada sukses tanpa jerih payah maksimal. Oleh karenanya, istiqomah dan tajribah dalam hal apapun itu mutlak diprioritaskan. Seperti ungkapan seorang penulis Akbar Zainudin; ‘Man Jadda Wajada’.
Pun, tidak jauh beda dengan keterampilan menulis, diperlukan ketekunan dan latihan yang sustainable, latihan menulis yang berkelanjutan. Latihan yang bersifat on going process. Proses yang terus menerus tanpa kenal menyerah. Proses, untuk mendobrak mood yang sering mem-block dinding kritis para penulis. Karena, dari proses latihan itulah, keterampilan menulis akan mampu melahirkan karya-karya yang bisa jadi akan lebih terkenal dan lebih fenomenal bahkan melebihi kepopuleran sang juara golf tadi.
Semangat lain yang perlu ditiru adalah, sosok pimpinan Jawa Post, Dahlan Iskan. Pada suatu kesempatan, selepas dia memberikan pelatihan jurnalistik di salah satu institusi di Jawa Timur. Waktu itu Dahlan Iskan masih berprofesi sebagai wartawan majalah Tempo. Lantas, oleh salah seorang peserta pelatihan, Dahlan Iskan ditanya;
“Maaf pak, saya mau bertanya, dalam sehari berapa lembar sampean menulis?” Tanya peserta tersebut.
“Saya menulis, kurang lebih dua puluh lembar sehari” balas Dahlan Iskan enteng.
Super sekali.. Bukankah ini jawaban yang bernas. Bisa dibayangkan seorang Dahlan Iskan harus menulis sebanyak dua puluh lembar per-hari, untuk disetorkan kepada redaksi Tempo. Terlepas, apakah tulisan tersebut dimuat atau tidak. Sebab yang terpenting adalah, Dahlan Iskan dan para wartawan Tempo dilatih untuk menulis dan menulis. Jika pembaca tidak keberatan, silakan baca tulisan Dahlan Iskan di Jawa Post. Tulisan mengalir dan renyah serta mudah dicerna. Itulah buah dari ketekunan dan latihan. Hingga saat ini, Dahlan Iskan menjadi pimpinan Jawa Post yang saat ini mercusuarnya hampir di seluruh penjuru nusantara.
Baiklah...
Kita sudah mendapatkan bocoran motivasi dari dua orang yang berbeda profesi. Rasanya, akan lebih lengkap jika saya akan mengutip semangat dari seorang penulis dan ulama Islam yang namanya dikenal hingga seantero dunia. Dan, barangkali apa yang dilakuakan oleh raja golf dan Dahlan Iskan tidak ada apa-apanya, apabila dibandingkan dengan ketekunan sosok Ibnu Manzhur (Muhammad bin Mukram bin Ahmad bin Habqah Al-Anshari Al-Afriqi (w.711).
Beliau merupakan ulama yang telah menulis kurang lebih 500 jilid buku. Magnum opus beliau berjudul ‘Lisan al-‘Arab’. Buku yang memuat 80.000 kosakata dan tercatat kurang lebih dalam 20 jilid buku. Ibnu Manzhur, dikenal semenjak kecil telah tekun melatih diri untuk menulis. Sebab ketekunan itulah beliau menjadi tersohor, karyanya meliputi tema sejarah, bahasa, sastra dan lain sebagainya. Tentu hal ini sulit dibayangkan, mengingat dahulu di zamannya tinta dan pena saja sulit untuk dicari. Para pendahulu Islam di masanya hidup dalam suasana keterbatasan namun, bukan alasan bagi mereka untuk tidak berdaya dan berkarya.
Sungguh luar biasa. Sepertinya, kita tidak butuh alasan lagi untuk berbuat dan melahirkan karya. Tidak ada waktu lagi untuk menunda. Bukan saatnya lagi berkeluh-kesah, mulailah untuk berbenah.
Akhirnya, pelajaran dari sang raja golf dengan ketekunan berlatih memukul bola seribu kali sehari. Kemudian, latihan tanpa henti oleh pimpinan Jawa Post dengan menulis dua pulu lembar per-hari. Serta, cermin ketekunan menulis dari seorang ulama terdahulu dengan karangannya hingga mencapai 500 jilid, semoga memacu adrenalin dan semangat kita untuk melahirkan karya.
Pada kesimpulannya, ketekunan dan latihan secara continue mutlak dibutuhkan sebagai upaya melatih diri untuk menjadi seorang penulis handal. Karena dengan menulis kita telah mewariskan peradaban, khususnya peradaban Islam. Terakhir, penulis ingin mengutip perkataan Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi; “Penulis yang baik adalah penulis yang bisa menipu pembacanya. Maksudanya, menipu dalam hal kebaikan”
Wallahua a’lam bisshowab.
Penulis: Fadhil Sofian Hadi Pemilik Blog Hadi Islamic Worldview dan asli Taliwang, Sumbawa Barat, NTB. Penulis buku “Sebait Do’a untuk Sang Guru”
Bagi sebagian orang, mungkin hal itu tidak masuk akal. Tetapi ini adalah kenyataan yang dilakukan oleh seorang Tiger Woods, hingga dia mampu menjadi juara dunia berkali-kali pada cabang olahraga yang digelutinya. Ketekunan dan latihan yang terus menerus merupakan dua kunci sukses sang raja golf ini.
Semangat Tiger Woods atau inspirasi yang datang dari seorang pemenang dalam kejuaraan apapun, perlu digugu dan ditiru. Perlu ditumbuhkan dan dipupuk baik-baik agar tidak lawas, lantas lenyap begitu saja. Yang perlu dicatat adalah, hal apapun yang di kerjakan, tidak akan membuahkan hasil tanpa usaha yang optimal. Tak akan ada sukses tanpa jerih payah maksimal. Oleh karenanya, istiqomah dan tajribah dalam hal apapun itu mutlak diprioritaskan. Seperti ungkapan seorang penulis Akbar Zainudin; ‘Man Jadda Wajada’.
Pun, tidak jauh beda dengan keterampilan menulis, diperlukan ketekunan dan latihan yang sustainable, latihan menulis yang berkelanjutan. Latihan yang bersifat on going process. Proses yang terus menerus tanpa kenal menyerah. Proses, untuk mendobrak mood yang sering mem-block dinding kritis para penulis. Karena, dari proses latihan itulah, keterampilan menulis akan mampu melahirkan karya-karya yang bisa jadi akan lebih terkenal dan lebih fenomenal bahkan melebihi kepopuleran sang juara golf tadi.
Semangat lain yang perlu ditiru adalah, sosok pimpinan Jawa Post, Dahlan Iskan. Pada suatu kesempatan, selepas dia memberikan pelatihan jurnalistik di salah satu institusi di Jawa Timur. Waktu itu Dahlan Iskan masih berprofesi sebagai wartawan majalah Tempo. Lantas, oleh salah seorang peserta pelatihan, Dahlan Iskan ditanya;
“Maaf pak, saya mau bertanya, dalam sehari berapa lembar sampean menulis?” Tanya peserta tersebut.
“Saya menulis, kurang lebih dua puluh lembar sehari” balas Dahlan Iskan enteng.
Super sekali.. Bukankah ini jawaban yang bernas. Bisa dibayangkan seorang Dahlan Iskan harus menulis sebanyak dua puluh lembar per-hari, untuk disetorkan kepada redaksi Tempo. Terlepas, apakah tulisan tersebut dimuat atau tidak. Sebab yang terpenting adalah, Dahlan Iskan dan para wartawan Tempo dilatih untuk menulis dan menulis. Jika pembaca tidak keberatan, silakan baca tulisan Dahlan Iskan di Jawa Post. Tulisan mengalir dan renyah serta mudah dicerna. Itulah buah dari ketekunan dan latihan. Hingga saat ini, Dahlan Iskan menjadi pimpinan Jawa Post yang saat ini mercusuarnya hampir di seluruh penjuru nusantara.
Baiklah...
Kita sudah mendapatkan bocoran motivasi dari dua orang yang berbeda profesi. Rasanya, akan lebih lengkap jika saya akan mengutip semangat dari seorang penulis dan ulama Islam yang namanya dikenal hingga seantero dunia. Dan, barangkali apa yang dilakuakan oleh raja golf dan Dahlan Iskan tidak ada apa-apanya, apabila dibandingkan dengan ketekunan sosok Ibnu Manzhur (Muhammad bin Mukram bin Ahmad bin Habqah Al-Anshari Al-Afriqi (w.711).
Beliau merupakan ulama yang telah menulis kurang lebih 500 jilid buku. Magnum opus beliau berjudul ‘Lisan al-‘Arab’. Buku yang memuat 80.000 kosakata dan tercatat kurang lebih dalam 20 jilid buku. Ibnu Manzhur, dikenal semenjak kecil telah tekun melatih diri untuk menulis. Sebab ketekunan itulah beliau menjadi tersohor, karyanya meliputi tema sejarah, bahasa, sastra dan lain sebagainya. Tentu hal ini sulit dibayangkan, mengingat dahulu di zamannya tinta dan pena saja sulit untuk dicari. Para pendahulu Islam di masanya hidup dalam suasana keterbatasan namun, bukan alasan bagi mereka untuk tidak berdaya dan berkarya.
Sungguh luar biasa. Sepertinya, kita tidak butuh alasan lagi untuk berbuat dan melahirkan karya. Tidak ada waktu lagi untuk menunda. Bukan saatnya lagi berkeluh-kesah, mulailah untuk berbenah.
Akhirnya, pelajaran dari sang raja golf dengan ketekunan berlatih memukul bola seribu kali sehari. Kemudian, latihan tanpa henti oleh pimpinan Jawa Post dengan menulis dua pulu lembar per-hari. Serta, cermin ketekunan menulis dari seorang ulama terdahulu dengan karangannya hingga mencapai 500 jilid, semoga memacu adrenalin dan semangat kita untuk melahirkan karya.
Pada kesimpulannya, ketekunan dan latihan secara continue mutlak dibutuhkan sebagai upaya melatih diri untuk menjadi seorang penulis handal. Karena dengan menulis kita telah mewariskan peradaban, khususnya peradaban Islam. Terakhir, penulis ingin mengutip perkataan Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi; “Penulis yang baik adalah penulis yang bisa menipu pembacanya. Maksudanya, menipu dalam hal kebaikan”
Wallahua a’lam bisshowab.
Penulis: Fadhil Sofian Hadi Pemilik Blog Hadi Islamic Worldview dan asli Taliwang, Sumbawa Barat, NTB. Penulis buku “Sebait Do’a untuk Sang Guru”
BERLATIH, BERLATIH, BERLATIH!
ReplyDeleteTerimakasih inspirasinya.
Teruslah kita berlatih untuk hasil yg maksimal. Krn hasil tdk pernah mengkhianati proses.
DeleteSanagat menginpirasi sob,
ReplyDeletetapi untuk konsisten tu yg sulit, konsisten berlatih dan tekun khususnya :)
Betul untuk konsisten sangat sulit. Tp itu akan membuahkan hasil yg maksimal. Kita harus memaksakan diri untuk tetap konsisten sob. Apapun cara!!!
Deletekatanya kalau sebuah kegiatan kita lakukan terus menerus selama 10000 jam, itu akan jadi kelebihan kita mas, maksud saya kita bakalan expert di bidang tersebut. saya percaya konsistensi akan memberikan hasil di akhir
ReplyDeleteBetul Mas. Intinya kita harus konsisten dlm apapun. Maka bisa dipastikan kita akan expert dlm bidang tersebut.
DeleteSaluttt banget untuk ketekunan dalam berlatih tiger woods dan juga pak dahlan iskan. Jadi malu karena dirii ini lebih terlena dengan kemageran dan selalu menyalahkan writer's block sebagai penghalang dr ngeblog. Semoga semangat untuk terus menulis bsa istiqamah sehingga melahirkan tulisan-tulisan baik yg memberikan banyak kebermanfaatan untuk sekitar. Aamiin. Makasih sharingnya mas ��
ReplyDeleteAmin ya robbal'alamin Mbak. Semangat harus selalu kita gelorakan dalam diri kita.
DeleteBaca yang beginian bikin semangat nulis. Terimakasih Mas.
ReplyDeleteKeep Spirit Mas!!!
DeleteBetul, mas. Sudah tidak ada lagi waktu untuk menunda. Sekarang saatnya kita action untuk terus mengasah kemampuan untuk menulis. Karena dengan menulis, suatu saat nanti kita akan dikenang.
ReplyDeleteBetul sangat Mas. Dengan menulis kita akan dikenang sepanjang masa.
Deleteapakah saya harus nulis 1000 judul per 1 hari hihihihi
ReplyDeleteWow. Kalau menulis segitu sdh super banget Mama. Hehehehe
DeleteSemoga kita sama-sama termotivasi untuk menulis.
ReplyDeleteAmiin..
Amin ya robbal'alamin ya Ust.
DeleteSaya ga tekun nih, update blog aja seminggu sekali pun belum tentu. butuh semangat nih
ReplyDeleteIntinya harus konsisten Gan. Kalau sdh dijadwalkan dan/atau ditetapkan 1 artikel 1 bulan/pekan maka harus dan wajib hukumnya mengikuti aturan yg ditetapkan sendiri. Keep Spirit Gan!!!
DeleteKonsistensi dan kemauan menjadi kunci utama dalam menulis. Keterampilan dalam mengolah kata agar bisa tersalurkan maksud dari penulis kepada pembaca didapatkan jika dilakukan latihan secara terus menerus. Terima kasih inspirasinya pak.
ReplyDeleteBetul Gan. Latihan yg terus menerus untuk mengasah keterampilan dalam pengolahan kata Gan
Deletemenginspirasi banget loh pa, aku jadi makin semangat buat berlatih buat jadi penulis story talling, walau cuma diblog pribadi dan menceritakan keseharian semata.
ReplyDeleteada tips ga nih buat bikin menarik tulisan, walaupun itu cuma story telling keseharian doang
Tipsnya menggigit dan menggelitik Gan. Hehehehe. Bisa mengundang banyak pembaca.
Deletesangat menginspirasi mas
ReplyDeleteAlhamdulillah, semoga bermanfaat bagi kita semua Mas
Deletetest
ReplyDeleteTerimaksih Kang Abdul Majid, tulisan ini sangat mengispirasi saya yang lagi-lagi belajar menulis akan tetapi sampai saat ini saya masih dikatan kurang konsisten dalam hal berlatih menulis. semoga kedepannya lebih tekun dan giat lagi belajar nulisnya...
ReplyDeleteAmin ya robbal'alamin. Menulis itu adalah skill. Jika sering diasah maka menulis bisa sangat ringan. Dan tentunya menjadi sebuah kebutuhan. Semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Delete