Bingung...,!? yah, itulah kondisi yang kita hadapi sekarang ini di tengah pandemi Covid-19 yang terus meningkat, jumlah kematian yang terus bertambah, virus corona terus dan terus menyerang manusia, tua maupun muda, laki maupun perempuan, yang ada di kota maupun di desa, yang ada di daratan pesisir pantai maupun mereka yang berada di atas puncak pegunungan sekalipun.
Covid-19 ada di mana-mana, dan sulit rasanya kita untuk terbebaskan dari serangan dan kepungan Covid-19. Seakan, tak ada lagi jalan, semuanya sudah tertutup. Pasrah dengan keadaan atau memang harus bangkit melawan keadaan. Dua pilihan yang memang tidak mudah untuk dijawab hari ini. Semuanya, serba susah dan serba salah.
Negeri ini sedang bingung. Yah, bingung karena hingga sekarang kita belum dapat menemukan vaksin atau obat yang mujarab untuk mengobati pasien yang terpapah Covid-19. Meski berbagai cerita pengalaman telah banyak dinarasikan oleh para pasien yang sembuh dari penyakit ini. Tapi, semuanya memiliki pengalaman cerita yang beragam. Ada yang mengatakan sembuh karena sering berjemur setiap pagi, ada yang bercerita karena sering minum jahe, kunyit, temulawak, ada yang bercerita karena sering berolahraga, adapula yang bercerita karena makan buah-buahan, bahkan adapula yang bercerita karena kekuatan do’a.
Semua cerita sukses sembuh dari Covid-19, membuat kita akhirnya melakukan segala macam cara, untuk tetap terjaga imunitas tubuh dari serangan Covid-19 dengan melakukan apa yang pernah dilakukan dari orang-orang yang pernah sembuh dari Covid-19. Tapi, semua cerita sukses tersebut, tidak ada kesimpulan akhir yang pasti, apa sesungguhnya yang dapat mencegah dan mengobati agar kita terbebas dari Covid-19. Kembali, menjadi bingung.
Negeri ini sedang bingung. Yah, bingung karena hingga sekarang tidak ada kepastian sampai berapa banyak korban yang harus terpapah untuk terhentinya Covid-19 dan kapan sesungguhnya akan berakhir?
Covid-19 ada di mana-mana, dan sulit rasanya kita untuk terbebaskan dari serangan dan kepungan Covid-19. Seakan, tak ada lagi jalan, semuanya sudah tertutup. Pasrah dengan keadaan atau memang harus bangkit melawan keadaan. Dua pilihan yang memang tidak mudah untuk dijawab hari ini. Semuanya, serba susah dan serba salah.
Negeri ini sedang bingung. Yah, bingung karena hingga sekarang kita belum dapat menemukan vaksin atau obat yang mujarab untuk mengobati pasien yang terpapah Covid-19. Meski berbagai cerita pengalaman telah banyak dinarasikan oleh para pasien yang sembuh dari penyakit ini. Tapi, semuanya memiliki pengalaman cerita yang beragam. Ada yang mengatakan sembuh karena sering berjemur setiap pagi, ada yang bercerita karena sering minum jahe, kunyit, temulawak, ada yang bercerita karena sering berolahraga, adapula yang bercerita karena makan buah-buahan, bahkan adapula yang bercerita karena kekuatan do’a.
Semua cerita sukses sembuh dari Covid-19, membuat kita akhirnya melakukan segala macam cara, untuk tetap terjaga imunitas tubuh dari serangan Covid-19 dengan melakukan apa yang pernah dilakukan dari orang-orang yang pernah sembuh dari Covid-19. Tapi, semua cerita sukses tersebut, tidak ada kesimpulan akhir yang pasti, apa sesungguhnya yang dapat mencegah dan mengobati agar kita terbebas dari Covid-19. Kembali, menjadi bingung.
Negeri ini sedang bingung. Yah, bingung karena hingga sekarang tidak ada kepastian sampai berapa banyak korban yang harus terpapah untuk terhentinya Covid-19 dan kapan sesungguhnya akan berakhir?
Karena hari demi hari, angka pasien yang terpapah akibat serangan Covid-19 terus bertambah, peristiwa ini terjadi di tengah Pemerintah sedang gigihnya melawan Covid-19, berbagai strategi dan taktik serta kebijakan dalam rangka melawan Covid-19 terus dilakukan pemerintah, mulai dari penerapan PSBB di sejumlah daerah hingga larangan mudik dan pulang kampung. Namun, hingga sekarang belum ada tanda-tanda, jumlah angka penurunan Covid-19. Fakta, Covid-19 semakin bertambah dan semakin meluas sebarannya. Pada titik ini, mulai muncul pertanyaan, kapan Covid-19 akan berakhir?. Bingung untuk menjawabnya dan siapa yang harus menjawabnya.
Negeri ini sedang bingung. Yah, sedang bingung. Karena harus kita akui, kita memiliki jumlah dokter dan petugas kesehatan yang terbatas, di sisi lain kita dihadapkan pada fakta bahwa jumlah dokter yang menangani pasien terus berkurang jumlahnya, karena mereka telah banyak yang meninggal karena terkena pula Covid-19.
Negeri ini sedang bingung. Yah, sedang bingung. Karena harus kita akui, kita memiliki jumlah dokter dan petugas kesehatan yang terbatas, di sisi lain kita dihadapkan pada fakta bahwa jumlah dokter yang menangani pasien terus berkurang jumlahnya, karena mereka telah banyak yang meninggal karena terkena pula Covid-19.
Negeri ini juga sedang bingung, karena jumlah fasilitas kesehatan yang sangat terbatas, sementara jumlah pasien terus meningkat. Di mana tempat bagi pasien Covid-19, jika jumlahnya terus bertambah, dan siapa yang harus menangani para pasien tersebut?
Negeri ini sedang bingung. Yah, binggung karena kita tidak tahu pasti, ke mana dan di mana kita harus menghindari serangan Covid-19. Karena kita tidak tahu, apa dan di mana Covid-19 berada? Bagaimana bentuknya dan serangannya kepada kita. Kita tidak tahu lagi ke mana kita akan bersembunyi, karena tetap berada di rumah adapula yang terkena Covid-19 karena ketidakjujuran mereka yang terkena Covid-19 terhadap keluarganya di rumah.
Negeri ini sedang bingung, karena di jalan-jalan, di pertokoan, pasar, perkantoran, sarana peribadatan dan sebagainya bahkan di rumah kita sendiri sekalipun, terkadang masih ada perasaan kita masih berada dalam ancaman serangan Covid-19.
Negeri ini sedang bingung. Yah, binggung karena kita tidak tahu pasti, ke mana dan di mana kita harus menghindari serangan Covid-19. Karena kita tidak tahu, apa dan di mana Covid-19 berada? Bagaimana bentuknya dan serangannya kepada kita. Kita tidak tahu lagi ke mana kita akan bersembunyi, karena tetap berada di rumah adapula yang terkena Covid-19 karena ketidakjujuran mereka yang terkena Covid-19 terhadap keluarganya di rumah.
Negeri ini sedang bingung, karena di jalan-jalan, di pertokoan, pasar, perkantoran, sarana peribadatan dan sebagainya bahkan di rumah kita sendiri sekalipun, terkadang masih ada perasaan kita masih berada dalam ancaman serangan Covid-19.
Entah apakah itu sebuah ketakutan yang berlebihan ataukah memang ini sebuah bentuk sikap kewaspadaan. Semuanya, sudah tidak ada batas lagi, antara keduanya; kewaspadaan dan ketakutan. Covid-19, yah! Sebuah virus di era milineal, era di mana senjata bioteknologi dapat saja digunakan oleh mereka yang ingin menguasai dunia ini, dengan cara mematikan manusia secara tersembunyi. Entah Amerika ataukah China, yang pasti kedua negara tersebut saling tuduh.
Negeri ini sedang bingung. Yah, sedang bingung, karena ribuan ahli kedokteran, biologi, senyawa kimia, dan ahli lainnya di seluruh dunia yang bekerja dalam bidang kesehatan, belum dapat menemukan vaksin yang ampuh untuk mencegah dan mengobati Covid-19.
Kini, rasa pesimis bahkan depresi pun mulai muncul di kalangan masyarakat. Ketakutan dan kebingungan. Takut untuk keluar rumah karena dapat tertular Covid-19—yang berakibat pada kematian. Sementara tetap berada di rumah, takut kelaparan—yang juga berakibat kematian. Dua pilihan, yang serba mematikan.
Negeri ini sedang bingung. Yah, sedang bingung, karena ribuan ahli kedokteran, biologi, senyawa kimia, dan ahli lainnya di seluruh dunia yang bekerja dalam bidang kesehatan, belum dapat menemukan vaksin yang ampuh untuk mencegah dan mengobati Covid-19.
Kini, rasa pesimis bahkan depresi pun mulai muncul di kalangan masyarakat. Ketakutan dan kebingungan. Takut untuk keluar rumah karena dapat tertular Covid-19—yang berakibat pada kematian. Sementara tetap berada di rumah, takut kelaparan—yang juga berakibat kematian. Dua pilihan, yang serba mematikan.
Tak ada jalan lain, semua pilihan dan jalan seakan buntu dan berakhir dengan kematian. Entah, berapa lama kondisi “kebingungan” dan pilihan yang serba sulit ini akan berakhir? Tidak ada satupun yang dapat memberikan kepastian. Kecuali, dari kita sendiri (manusia) karena penyebaran Covid-19, bersumber dari manusia. Sepanjang manusia masih melakukan mobilitas, sepanjang itu pula potensi penyebaran virus akan semakin meluas.
Celakanya, hingga sekarang, tetap saja, banyak manusia yang tidak sadar diri atau memang tidak memiliki kesadaran atas dirinya, tetap melakukan mobilitas dan melakukan aktifitas bergerombolan. Tidak nongkrong bareng temen, tidak enak. Tidak pergi ke mall terasa sepi, tidak ke mesjid takut dosa, tidak tarawih tidak afdhal puasa, tidak melakukan ngabuburit tidak seru dan seterusnya. Padahal, semua aktifitas itu, semuanya adalah ancaman bagi mereka, bukan hanya bagi dirinya sendiri, tetapi bagi keluarga, tetangga, dan lingkungan di mana Ia berada.
Celakanya, Di tengah masyarakat dan pemerintah yang sedang bingung, ternyata masih saja, ada pihak yang suka bertanya, berdebat dan mengkritik. Bahkan, menyebarkan berita hoaks. Padahal, Ia sendiri sesungguhnya tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam situasi sekarang ini.
Celakanya, Di tengah masyarakat dan pemerintah yang sedang bingung, ternyata masih saja, ada pihak yang suka bertanya, berdebat dan mengkritik. Bahkan, menyebarkan berita hoaks. Padahal, Ia sendiri sesungguhnya tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam situasi sekarang ini.
Yah, inilah Negeri yang sedang mengalami kebingungan. Bingung, ke mana harus berlabuh. Di tengah semua bangsa di dunia mengalami pandemi. Bingung ke mana harus mencari dana untuk mengatasi Covid/19, bingung bagaimana memutus mata rantai Covid-19, bingung bagaimana memenuhi APD para petugas kesehatan, bingung bagaimana menyediakan logistik bagi rakyat yang terkena dampak kebijakan PSBB, bingung bagaimana mengatasi rakyat yang tetap “pagah” tidak mau mendegar himbauan pemerintah, bingung bagaimana mengatasi segala permasalahan yang sedang dihadapi saat ini. Semua serba bingung. Saya pun bingung. Bagaimana dengan Anda? Tetap di rumah saja, meskipun bingung. Biarlah kebingungan yang akan menemukan jalannya sendiri untuk keluar dari kebingungannya.
Ditulis oleh Syahrul Mustofa di Akun Facebook pada Kamis, 30 April 2020
Ditulis oleh Syahrul Mustofa di Akun Facebook pada Kamis, 30 April 2020
Iya, negeri ini sedang bingung, pun kita sebagai warganya. Semoga saja kita bisa secepat mungkin bangkit dan tidak terpuruk dalam kebingungan.
ReplyDeleteAmin ya robbal'alamin Mbak. Semoga pandemi ini segera berakhir sehingga kita bisa beraktifitas seperti sedia kala. Amin
Delete