SEdXx5lkiVZf4jiMtlFWfVgHxR2UbYmUAP1TopcR

Ramadhaniyat; Farhatani

kegembiraan-orang-yang-berpuasa
Orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan: kegembiraan saat berbuka puasa dan kegembiraan saat berjumpa dengan Tuhannya. (HR. Bukhari dan Muslim)

Farhatani berarti dua kegembiraan.

Farhat berarti satu kegembiraan.

Kegembiraan pertama didapatkan oleh orang yang berpuasa di saat berbuka puasa. Sudah merasakan?


Gembira karena apa?

Apakah gembira karena bisa menikmati takjil sedap dan segar dan menyantap hidangan berbuka yang sudah disiapkan beberapa saat sebelum maghrib? Semoga bukan itu yang menjadi penyebab utamanya.

Gembira saat berbuka yang benar adalah karena berhasil menahan diri dari semua pembatal selama waktu yang ditentuan, baik pembatal ibadah, apalagi pembatal pahala puasa.

Menahan diri selama 13 atau 14 jam untuk tidak makan dan minum, menahan hawa nafsu, mengendalikan anggota badan dari perbuatan yang sia-sia dan dari berbagai bentuk maksiat merupakan sesuatu yang sangat berat. Kalau bukan karena keimanan yang kuat dan keikhlasan yang tinggi, seseorang tidak akan mampu menuntaskan puasanya sampai maghrib. Berapa banyak orang yang memiliki fisik jasmani yang kuat tapi tidak berpuasa?

Ternyata kita mampu menuntaskannya. Tetapi harus segera kita sadari bahwa kemampuan kita menuntaskan puasa bukan karena kekuatan kita saja, tetapi karena pertolongan Allah. La haula wa la quwwata illa billah. Tiada daya dan upaya kecuali atas pertolongan Allah. Alhamdulillah.

Kegembiraan tersebut dilengkapi pula dengan takjil.

Dzahabad dloma'u, wabtallatil 'uruqu, wa tsabatal ajru insyaallah. "Hilanglah dahaga, urat-urat pun sudah basah, dan pahala sudah ditetapkan, insyaallah".

Kegembiraan kedua didapatkan oleh orang yang berpuasa di saat berjumpa dengan Tuhannya.


Pada artikel Ramadhaniyat; Puasa Untuk-Ku sudah dijelaskan bahwa puasa akan menjadi perisai bagi orang yang berpuasa.

Ketika kita sedang galau menyaksikan semua kebaikan kita terus berkurang untuk menebus kezaliman yang kita lakukan kepada orang lain selama hidup kita di dunia, ketika kita mulai putus asa menyaksikan dosa kita semakin bertambah karena dosa orang yang kita zalimi dialihkan kepada kita, ketika bayangan lidah api neraka sudah menari-nari di pelupuk mata, di saat itulah Allah mengeluarkan pahala puasa kita yang disimpan oleh Allah, simpanan yang sudah dilipatgandakan dengan pelipatan yang tak terhitung, tak terkira.

Simpanan pahala yang dikeluarkan oleh Allah tersebut menutup dosa-dosa yang sudah menumpuk. Bayangan neraka berubah dalam sekejap menjadi bayangan sorga. Kegalauan dan kesedihan tiba-tiba berubah menjadi kegembiraan.

Kegembiraan kedua kita yakini dengan sepenuh husnudz dzan, baik sangka kepada Allah. Allah akan mengurus puasa kita. Mari kita berikan puasa terbaik yang akan diurus oleh Allah.

Selama kita masih hidup di dunia ini, selama kita masih mampu melaksanakan puasa, mari kita tingkatkan kualitas puasa kita agar kegembiraan pertama yang kita rasakan saat berbuka adalah kegembiraan yang sempurna. Kegembiraan jasmani, dan yang lebih utama kegembiraan ruhani kita.

Jangan gosip dengan omongan atau tulisan, jangan bohong, jangan dengar ghibah, jangan lihat yang bukan hak kita. Tetap jaga jarak, termasuk jarak pandangan mata kita. Sampai disini paham kan?

Ditulis oleh K.H. Amir Ma'ruf Husein, S.Pd.I., M.M. di status Facebook pada 4 Mei 2020
Related Posts
SHARE

Related Posts

Langganan Artikel Terbaru

Post a Comment

x

Berlangganan

Dapatkan pemberitahuan melalui email setiap ada artikel baru.