Ketika kita sedang mengalami sebuah kegagalan pasti berat rasanya. Akan tetapi, memang itulah yang harus kita lakukan agar kita tidak tenggelam dalam keterpurukan. Apapun yang terjadi kita harus tetap bangkit kan?
Salah satu cara terbaik untuk bangkit adalah berdamai dengan keadaan, berdamai dengan kegagalan kita.
Rasa marah dan kecewa merupakan hal wajar saat kita mengalami kegagalan. Lebih-lebih apabila kegagalan disebabkan oleh kesalahan orang lain. Saat itu, kita berhak untuk menangis, meraung-raung semalam suntuk atau tidak membalas chat teman beberapa hari.
Keluarkan semua rasa marah dan kecewa yang ada di hati. Gunakan waktu sebaik-baiknya untuk mengeksplorasi perasaan kita.
Sebelum kegagalan datang menghampiri, kita pasti sudah mengeluarkan usaha dan kemampuan terbaik. Saat ini kita hanya perlu menerima keadaan dan bersiap untuk mengerahkan segala kemampuan kita untuk lebih baik lagi dari hari kemarin agar kegagalan enggan menghampiri kita untuk kesekian kalinya. Janganlah pernah menyerah!
Tak cukup sekali, banyak orang sudah mengalami berbagai kegagalan dalam meraih target. Dan perlu diakui, bangkit dari kegagalan adalah hal yang sulit. Tetapi kita tetap harus berjuang.
Ingat, bahwa kita berhak untuk memulai hidup dari awal. Nikmati setiap prosesnya, agar kita bisa menerima kenyataan dan segera bangkit dari keterpurukan.
Jika mendapati kegagalan, ibarat masuk ke dalam kubangan lumpur, untuk bisa melanjutkan perjalanan kita harus mencari cara untuk mandi dan terlihat membereskan noda-noda lumpur. Tak perlu menunggu dan mengharapkan seseorang untuk datang membawa air dan handuk yang bersih. Setiap mendapati kegagalan selalu rencanakan untuk menyelesaikannya, kemudian lakukan dengan baik.
Takut akan kegagalan seringkali berakar pada ketakutan kita dihakimi dan kehilangan rasa hormat dari orang lain. Kita mungkin merasa tak punya harga diri, ketika usaha kita ternyata gagal. Ingat, ini adalah hidup kita, bukan milik mereka.
Kalau kita selalu mendengarkan kata orang lain, kita bisa kehilangan daya cipta, kemandirian, kesadaran, kreativitas dan nilai-nilai hidup. Sebab orang lain sering menghasut kita untuk kepentingan mereka sendiri.
Salah satu cara terbaik untuk bangkit adalah berdamai dengan keadaan, berdamai dengan kegagalan kita.
Kita Boleh Marah dan Kecewa
Rasa marah dan kecewa merupakan hal wajar saat kita mengalami kegagalan. Lebih-lebih apabila kegagalan disebabkan oleh kesalahan orang lain. Saat itu, kita berhak untuk menangis, meraung-raung semalam suntuk atau tidak membalas chat teman beberapa hari.
Keluarkan semua rasa marah dan kecewa yang ada di hati. Gunakan waktu sebaik-baiknya untuk mengeksplorasi perasaan kita.
Kita Sudah Berusaha Keras untuk Mendapatkan yang Terbaik
Sebelum kegagalan datang menghampiri, kita pasti sudah mengeluarkan usaha dan kemampuan terbaik. Saat ini kita hanya perlu menerima keadaan dan bersiap untuk mengerahkan segala kemampuan kita untuk lebih baik lagi dari hari kemarin agar kegagalan enggan menghampiri kita untuk kesekian kalinya. Janganlah pernah menyerah!
Segera Bangkit dari Kegagalan
Tak cukup sekali, banyak orang sudah mengalami berbagai kegagalan dalam meraih target. Dan perlu diakui, bangkit dari kegagalan adalah hal yang sulit. Tetapi kita tetap harus berjuang.
Ingat, bahwa kita berhak untuk memulai hidup dari awal. Nikmati setiap prosesnya, agar kita bisa menerima kenyataan dan segera bangkit dari keterpurukan.
Waktunya Kita Membuat Cara untuk Memperbaikinya
Jika mendapati kegagalan, ibarat masuk ke dalam kubangan lumpur, untuk bisa melanjutkan perjalanan kita harus mencari cara untuk mandi dan terlihat membereskan noda-noda lumpur. Tak perlu menunggu dan mengharapkan seseorang untuk datang membawa air dan handuk yang bersih. Setiap mendapati kegagalan selalu rencanakan untuk menyelesaikannya, kemudian lakukan dengan baik.
Jangan Dengarkan Kata Orang Lain
Takut akan kegagalan seringkali berakar pada ketakutan kita dihakimi dan kehilangan rasa hormat dari orang lain. Kita mungkin merasa tak punya harga diri, ketika usaha kita ternyata gagal. Ingat, ini adalah hidup kita, bukan milik mereka.
Kalau kita selalu mendengarkan kata orang lain, kita bisa kehilangan daya cipta, kemandirian, kesadaran, kreativitas dan nilai-nilai hidup. Sebab orang lain sering menghasut kita untuk kepentingan mereka sendiri.
Sumber: Pedjuang Kampus
Post a Comment
Post a Comment