Ramadhaniyat; Tadabbur - Abdul Majid

Tadabbur artinya merenungkan, memikirkan, memahami dengan ilmu.

Tadabbur yang saya maksud di sini adalah Tadabbur Al-Qur'an, yaitu kegiatan memahami ayat-ayat Al-Qur'an dengan ilmu.

Terkait Al-Qur'an, ada empat bentuk ibadah yang menjadi kewajiban umat Islam:

1. Tilawah, membacanya dengan makhraj dan tajwid yang benar.
2. Hifz, menghafalnya.
3. Tadabbur, merenungkan dan memahaminya.
4. Kitabah, menulisnya.

Khusus tadabbur, hukumnya wajib berdasarkan banyak ayat Al-Qur'an yang menyebutkannya dalam beberapa konteks, termasuk celaan atau ancaman bagi orang yang tidak mau melakukannya

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا

“Maka apakah mereka tidak merenungkan Al-Qur`an ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24).

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

“Ini adalah sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka merenungkan ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang mempunyai fikiran mendapat pelajaran.” (QS. Shad: 29)

Dari empat jenis ibadah terkait Al-Qur'an hanya tadabbur yang mendapatkan tekanan seperti dua ayat Al-Qur'an tersebut di atas.

Para ulama sepakat, bahwa tadabbur Al-Qur'an merupakan tahapan yang harus ada dan mengiringi kegiatan lainnya. Tilawah harus disertai tadabbur. Hifz harus disertai tadabbur, kitabah harus disertai tadabbur.

Imam Ahmad meriwayatkan bahwa para sahabat dahulu meminta dibacakan 10 ayat dari Rasulullah. Mereka tidak meminta tambahan selain 10 ayat tersebut sampai mereka mendapatkan faidah dari 10 ayat tersebut berupa ilmu dan mempratikkannya dengan amal. Mereka pun mengatakan, “Kami telah mempelajari ilmu dan amal sekaligus.”

Zaid bin Tsabit yang diperintah oleh Khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan dan menulis Al-Qur'an pernah ditanya, "Apa pendapatmu tentang mengkhatamkan Al-Quran dalam tujuh hari?” Zaid menjawab, "Aku lebih menyukai membacanya selama 15 hari atau 10 hari, Agar supaya aku bisa menadabburinya dan aku mengamalkan perintah-perintah yang ada padanya."

Bagaimana cara tadabbur Al-Qur'an?

Sesungguhnya kecanggihan teknologi saat ini sangat mempermudah upaya untuk tadabbur Al-Qur'an, karena semua alat dan bahan pendukung untuk tadabbur sudah disediakan oleh teknologi. Alat dan bahan yang saya maksud adalah: terjemahan, tafsir, dan keterangan tentang kronologi dan sebab turunnya ayat.

Ketika kita mendengar ceramah dan dibacakan sebuah ayat, kita catat surat dan nomor ayat tersebut.

Atau ketika kita membaca Al-Qur'an secara perlahan, kita pasti sampai kepada ayat yang terasa akrab, mungkin karena sering disebut oleh para ustadz penceramah, atau ayat tersebut menyebut nama orang atau nama tempat atau nama waktu yang kita pernah dengar, maka di situ sebagaiknya kita berhenti membaca.

Kita lantas mengulangi membaca ayat tersebut dengan lebih perlahan sambil mencoba merasakannya.

Kita lihat terjemahannya sambil kita fikirkan, kita renungkan.

Kita buka tafsirnya (yang berbahasa Indonesia, baik karena memang aslinya tafsir Indonesia atau pun yang sudah diterjemahkan dari bahasa Arab).

Bila perlu, kita cari keterangan tentang kapan turunnya, apa sebab turunnya, apa konteks ayat tersebut?

Dengan barokah Al-Qur'an, insyaallah kita akan mendapatkan suatu ilmu pengetahuan yang baru, yang mencerahkan. Itulah petunjuk yang akan dikaruniakan oleh Allah bagi siapa pun yang menadabburi Al-Qur'an.

Bagi yang punya kemampuan bahasa Arab, sangat penting menggunakan ilmu nahwu, sharf, dan balaghah dalam menelaah kandungan ayat Al-Qur'an.

Saya sarankan agar dalam tadabbur Al-Qur'an untuk tetap berada di bawah bimbingan seorang ustadz, kyai, tuan guru, dan ulama yang dipercayai.

Ada orang bilang, "Jika ingin bicara kepada Allah, maka berdo'alah! Jika ingin Allah bicara denganmu, maka bacalah Al-Qur'an!"

Saya ingin tambahkan: "Jika ingin dialog dengan Allah, maka tadabburilah Al-Qur'an!"

Ditulis oleh K.H. Amir Ma'ruf Husein, S.Pd.I., M.M. Di akun Facebook pada 10 Mei 2020

Related Posts